Pemikiran Parmenides Filosof Yunani Kuno

Parmenides – adalah seorang tokoh filsafat Yunani Kuno yang lahir sekitar 540 Sebelum Masehi dan meninggal dunia 470 sebelum masehi. Seorang Parmenides dan gurunya bernama Xenophanes merupakan pendiri mazhab berfikir di Yunani bernama mazhab Elia, sebuah wilayah di Italia bagian Selatan.

Parmenides lahir jauh sebelum Socrates tetapi sempat bertemu pada usia 65 tahun dan Socrates masih sangat muda, namun sudah kritis dan mampu diajak berdiskusi.

Apa yang difikirkan Parmenides mungkin berguna bagi kita, karena setiap ilmu pasti ada sisi baiknya.

Gagasan Parmenides dikenal sebagai monisme, yaitu pandangan yang mengasumsikan bahwa segala hal itu hakekatnya satu. Yang dimaksud hakikat di sini adalah esensi terdalam dari sesuatu.

Bapak Dr. Fahruddin Faiz mencontohkan bahwa sebuah kacamata dan HP adalah dua hal yang berbed, tetapi jika kita pikir secara serius dua benda tersebut adalah sama. Keduanya sama-sama benda.

Pokok Pikiran Parmenides

Apa saja pemikiran atau gagasan Parmenides berikut ringkasannya.

Monisme

Keragaman itu sesungguhnya semu, segala sesuatu itu hakikatnya sebenarnya satu/sama.

Monisme dalam sejarah pernah melahirkan dua kutub besar pemikiran, yaitu: Materialisme dan Idealisme.

I believe that the Universe is one being, all its parts are different expressions of the same energy, and they are all in communication with each other, therefore parts of one organic whole.

Saya percaya bahwa alam semesta adalah satu makhluk, semuanya bagian adalah ekspresi berbeda yang satu energi, dan mereka semua dalam komunikasi satu sama lain, karena itu bagian dari satu keseluruhan organik.

Robinson Jeffers

Hento Pan = All is one

hento-pan

Early alchemical illustration with the words ἓν τὸ πᾶν (“The All is One”) from the work of Cleopatra the Alchemist.

There is a thing inherent and natural, Which existed before heaven and earth. Motionless and fathomless, It stands alone and never changes; It pervades everywhere and never becomes exhausted. It may be regarded as the Mother of the Universe. I do not know its name. If I am forced to give it a name, I call it Tao, and I name it as supreme.

Laozi, in Tao Te Ching

Being … (Yang Ada)

  • Perdikat/ciri paling umum, sederhana dan universal untuk segala sesuatu
  • Predikat ada sifatnya ‘a priori” dan universal
  • Mendahului dan menjadi syarat bagi Reality & Eksistensi
  • Ada: pasti dapat diketahui (apa kita bisa mengetahui sesuatu yang tidak dapat diketahui?)
  • Klasifikasi: 1) Sungguh Ada & Mungkin Ada, 2) Nyata ada & Tampak Ada (i.e. pensil dalam air)

Kritik

Di masanya, Parmenides melakukan kritik terhadap mitologi Yunani Kuno yang menjelaskan proses penciptaan alam. Menurutnya, penjelasan itu hanya terjebak pada pendapat dan penampakan, serta jauh dari kebenaran, lupa pada apa yang sungguh nyata dan benar.

Tugas filsafat adalah membantu manusia untuk melampaui kelemahan ini, sehingga ia tidak terjebak pada penampakan-penampakan (Erscheinungen) yang dangkal dan berubah, serta mulai tergerak untuk mencari kebenaran yang sejati.

Kebenaran dan Pendapat

Parmenides membedakan yang tegas antara kebenaran (Wahrheit) dan pendapat (Meinung). Kebenaran itu tetap dan berlaku untuk siapapun, kapanpun dan dimanapun. Sementara pendapat berubah-ubah, dan seperti penampakan yang labil.

Pendapat dapat dengan mudah ditemukan di pengalaman sehari-hari. Ia berubah. Hari ini, orang bilang A. Besok mereka bilang B. Pendapat itu labil, dan jauh dari kebenaran.

Sementara, kebenaran itu abstrak. Ia ada dalam bentuk pikiran dan konsep murni. Ia tak berubah dan stabil. Ia adalah “ada”.

Jalan Pengetahuan

Ada dua: Jalan kebenaran disebut alétheia dan Jalan kepercayaan disebut doxa.

Satu-satunya cara untuk mencapai pengetahuan adalah melalui cara pertama, sementara cara kedua penuh dengan kontradiksi dan pengetahuan yang tidak nyata.

Cara berpendapat memiliki titik awal dalam ketidakberadaan; yaitu, dalam unsur-unsur yang tidak nyata, tidak benar, yang tidak ada. Menurut Parmenides, mengambil jalan kepercayaan menyiratkan menerima tidak ada, yang dianggap tidak pada tempatnya.

Di sisi lain, jalan kebenaran senantiasa berusaha merujuk pada keberadaan dan satu-satunya cara untuk mendekati pengetahuan nyata.

Prinsip Epistomolgi 1

  • Principle of Identity
  • Principle of Non-Contradiction
  • Principle of Excluded Middle
  • Reason is basis, not senses which are deceptive

Prinsip Epistomolgi 2

Parmenides menyadari perbedaan antara pengetahuan rasional dengan pengetahuan inderawi.

Lalu jelas juga apabila kedua jenis pengetahuan itu bertentangan yang satu dengan yang lain, Parmenides berpihak pada rasio (dengan jelas sekali ia memakai kata logos dalam arti rasio). Menurut kesaksian panca indera rupa-rupanya terdapat pluralitas dan perubahan dalam dunia sekitar kita. Tetapi atas dasar pengertian yang dibawa oleh rasio, Parmenides menyimpulkan
bahwa kesaksian itu tidak dapat diterima.

Jalan Kebenaran: Yang Ada

*“Ada” adalah kebenaran itu sendiri. Ia abstrak dan bersifat formal. Artinya, ia menjadi dasar bagi segala sesuatu yang ada, sekaligus berbeda dengan hal-hal lainnya di kenyataan. Dengan kata lain, ia adalah keadaan yang memungkinkan kenyataan.

*“Ada” tidak dapat dihindari. Ia selalu menempel di setiap benda di kenyataan. Ia juga selalu menempel di dalam bahasa dan pikiran manusia. Namun, ia juga berbeda dari benda, pikiran dan bahasa manusia.

Jalan Kebenaran: Prinsip Ada

*Yang Ada’ itu ada,

*‘Yang Ada’ itu tidak dapat hilang menjadi tidak ada, dan ‘yang tidak ada’ tidak mungkin muncul menjadi ‘Yang Ada’,

*‘Yang tidak ada’ adalah tidak ada, sehingga tidak dapat dipikirkan.

  • Yang dapat dipikirkan hanyalah yang ada saja, yang tidak ada tidak dapat dipikirkan.

Sesuatu yang dapat difikirkan itu ada

“Sesuatu yang dapat dipikirkan dan karena sesuatu itu pikiran ada adalah sama. Karena engkau tak dapat menemukan pemikiran tanpa sesuatu yang ada, yang karena itu bisa diutarakan.”

Contoh, pernyataan,”hantu itu tidak ada!”. Hantu yang eksistensinya ditolak itu sebenarnya ada. Mengapa demikian? Sebab, kalau ada yang mengatakan hantu itu tidak ada, maka ia terlebih dahulu harus empat proses:

  • (1) Siapa atau apakah hantu itu, (berarti yang menyatakan telah mempunyai konsep tentang hantu),
  • (2) Konsep hantu yang telah ia pikirkan, ditolak eksistensinya dengan berkata, “hantu tidak ada!”.

Ringkasnya: sesuatu yang dapat dipikirkan, ditolak dan diungkapkan secara logis, berarti sesuatu itu ada.

Contoh lain: ada tiga cara berpikir tentang Tuhan

  • (1) ada,
  • (2) tidak ada, (tidak mungkin: tidak bisa dipikirkan, yang tidak ada pasti tidak ada)
  • (3) ada dan tidak ada. (tidak mungkin: kontradiksi)

Konsekuensi ada sebagai kebenaran

“Yang ada” adalah satu dan tak terbagi. Pluralitas adalah tidak mungkin. Hal ini dikearenakan tidak ada sesuatu pun yang dapat terpisah dari “yang ada”.

“Yang ada” tidak ‘menjadi’ (berubah) dan tidak dapat dimusnahkan. Hal itu merupakan konsekuensi logis, sebab bila “yang ada” dapat berubah, maka “yang ada” dapat menjadi tidak ada atau “yang tidak ada” dapat menjadi ada.

“Yang ada” itu sempurna, seperti sebuah bola yang jaraknya dari pusat ke permukaan semuanya sama. Merurut Parmenides, “yang ada” itu bulat sehingga mengisi semua tempat.

Karena “yang ada” mengisi semua empat, maka disimpulkan bahwa tidak ada ruang kosong. Jika ada ruang kosong, artinya menerima bahwa di luar “yang ada” masih ada sesuatu yang lain. Konsekuensi lainnya adalah gerak menjadi tidak mungkin sebab bila benda bergerak artinya benda menduduki tempat yang tadinya kosong.

Asal-usul alam (ARKHE)

Bagi Parmenides, arche bukanlah elemen eksternal, tetapi kapasitas yang sama untuk menjadi ada, yang merupakan karakteristik umum semua makhluk.

Kemudian, Parmenides menunjukkan bahwa segala yang ada pasti ada; Di sisi lain, apa yang tidak ada (seperti kegelapan atau keheningan) tidak ada.

Quote

“Wherefore all these things are but the names which mortals have given, believing them to be true”

“TO BE AND TO HAVE MEANING ARE THE SAME.”

“LET REASON ALONE DECIDE”

IT IS ALL ONE TO ME WHERE I BEGIN; FOR I SHALL COME BACK AGAIN THERE.

EX NIHILO NIHIL FIT
Tidak Ada Yang Keluar Dari Dari Apa Yang Tidak Dilakukan

Parmenides

Rekaman

Agar lebih jelas dan gamblang silahkan dengarkan kajian pemikiran Parmenides yang dijabarkan oleh Doktor Fahruddin Faiz di bawah ini:

DOWNLOAD

Pos terkait